Salah Siapa?

Antri-di-kasir

gambar dari sini

Setiap weekend, biasanya hypermarket selalu penuh dengan pengunjung. Entah itu tanggal tua ataupun sehabis gajian. Selalu saja ramai. Banyak yang pengunjung yang berbelanja kebutuham bulanan atau hanya sekedar cuci mata dan kemudian membeli keperluan yang memang dirasa perlu dibeli. Kalau saya ya masuk kategori yang ke-2, karena kalau tanggal-tanggal seperti sekarang ya gak mungkin belanja keperluan bulanan.

Salah satu hypermarket langganan, berhubung jaraknya yang dekat dari rumah, juga ramai pengunjung. Walaupun, menurut saya, tidak seramai nanti kalau sudah tanggal gajian. Kasir pun otomatis penuh. Hampir semua deret kasir dibuka. Apalagi di setiap weekend ada saja promo khusus yang ditawarkan oleh si hypermarket yang bersangkutan.

Ada-ada saja kejadian selama mengantri untuk membayar di kasir. Mungkin yang sering dibicarakan adalah tingkah laku pengunjung yang sengaja memotong jalur antrian si pengunjung lain (nyelak). Kalau ada pengunjung yang seperti ini pasti bikin hati kesal dong. Jujur saja, saya tidak pernah nyelak antrian di kasir, karena saya tau rasanya diselak orang itu gak enak, ngedongkolin, jadi sebisa mungkin saya tidak akan menyelak antrian orang. Sudah sering kejadian semacam ini ditemui, entah dengan cara nyelak yang frontal ataupun smooth. Keduanya tentu bikin jengkel, ya kan ?

Semalam, saat saya mengantri di kasir, saya mengalami hal yang menjengkelkan juga. Jadi begini, saya dan adik perempuan saya datang ke hypermarket tersebut dengan tujuan untuk membeli beberapa keperluan makanan yang memang persediaan di rumah sudah habis. Setelah mengamati, menimbang, dan akhirnya memutuskan, kami pun memilih antrian di kasir no. 32 dengan alasan antriannya lebih pendek dibanding dengan antrian di kasir yang lain. Saat saya mulai mengantri, si mbak kasir sedang melayani seorang customer. Posisi kami saat itu ada di 2 nomor dari si customer yang sedang bertransaksi di kasir. Lalu tibalah giliran si ibu yang berada di depan kami yang melakukan transaksi. Disinilah letak perkaranya. Setelah scan barcode barang belanjaan si ibu, ternyata ada salah satu barang belanjaan dari si ibu ada yang lepas barcodenya. Artinya, barang tersebut tidak akan ter-detect di mesin kasir, sehingga si mbak kasir pun meminta bantuan temannya untuk mencarikan barcode dari barang tersebut. Mungkin karena prosedur atau entah apa alasannya, barang tersebut sampailah di meja informasi, dan si petugas informasi memanggil SPG atas barang yang bersangkutan. Hal ini memakan waktu yang tidak sebentar sementara antrian di belakang saya mulai memanjang. Resah dan gelisah menunggu barcode dari barang yang dibeli si ibu tak kunjung datang. Orang-orang yang berada di antrian belakang kami pun mulai gelisah juga. Si mbak kasir menawarkan ke si ibu, apakah belanjaannya mau di total dulu nanti untuk item yang sedang dicarikan itu bisa menyusul? Jawab si ibu dengan tampang ketus: “gak mba, saya mau sekalian aja dibayarnya.” Si mbak kasir pun resah, karena pengunjung pun mulai beberapa yang protes. Adik saya, kebetulan memang orangnya lebih frontal dari saya, langsung bilang ke si ibu tadi: “Bu, gimana kalau belanjaannya di totalin aja dulu, jadi kita gak nunggu-nunggu barang ibu datang.” Eh si ibu makin sewot, dia bilang: “Loh mbak, saya juga daritadi antri loh, emang ini salah siapa? ini kan bukan salah saya, salah tokonya dong (menyebut tempat belanja kami)”. Ibu yang di belakang kami pun mulai protes ke mbak kasir dengan bilang: “Mbak harusnya sebagai kasir harus tegas dong.”

Mungkin memang si nasib barang tadi susah dicari ya, tetap tak kunjung datang, sampai datanglah leader dari kasir bicara ke si ibu: “Ibu, mohon maaf, bisa tidak belanjaan ibu tadi kita total dulu, nanti item yang ketinggalan bisa langsung ibu bayar, tanpa harus mengantri lagi?” Si ibu mungkin juga udah mulai bete dia bilang: “Yaudahlah kalau begitu saya gak jadi beli barangnya.” Maaaaaakkk, please deh, makin gondok dong eike. Trus datanglah si SPG barang yang tak berbacode itu dengan tergopoh-gopoh. Akhirnya barang itu jadi masuk dalam total belanjaan si ibu walaupun kita semua yang ada di antrian itu udah mulai bete karena hal barusan. Setelah selesai di total, dia langsung dengan tergesa-gesa kasih point merah di layar penilaian kasir. Huuufff, ada-ada saja kan?

Bagi saya, bukan masalah salah siapa seperti yang dikeluhkan si ibu tadi? Kalau main salah-salahan, semua orang pasti mau dirinya yang benar dong. Tapi coba deh kalau si ibu itu ada di posisi orang yang mengantri di belakang. Saya sih simple aja mikirnya. Bagaimana coba? Pasti dia juga akan ngalamin hal yang sama kan karena bête?

F2751FB9C7C6BEADDE209BB1A56BEBBE


17 comments

  1. Pernah juga ngalamin yang kayak gini. Atau juga saat antri, tiba2 dari belakang anaknya langsung nyerobot “mama, ini juga” trus ibunya malah nyuruh “ada lagi ga? Mumpung lg di kasir, cepet sana cari” trus semua yang antri

    Like

  2. Nyebelin ya mba, kejadian kayak gitu. Masih mending kalo supermarketnya bersih, dingin, full ac. Nunggu juga masih enak. Kebayang dong kalo supermarketnya macem Naga yg penuh, bau, sumuk lagi. Rasanya pengen tebalikin meja kasir 😀
    Tapi aku suka belanja di Naga, murah banget soalnya 😀 😀

    Like

  3. Aku kalau ada orang nyela pas nganti di kasir gitu kadang cuma aku senyumin aja, nggak tau mereka merasa bersalah nggak. tapi kbanyakan kayaknya enggak -_- lah mukanya kayak tampang ngga berdosa gitu -_-

    Eng…. kok kayak ibunya arogan ya, apa susahnya ditotal dulu aja -_- Itu awkward pasti mbak ._.

    Like

  4. Ada lagi mbak…kalo di minimarket, biasa ada oknum ibu ibu yang model belanjanya gini: ambil sabun, taruh kasir, ambil odol, taruh kasir, gituu terus sampe barangnya komplit..nah dia ga mau antri. Langsung bilang ke kasir: ini mbak belanjaan saya.
    Bikin kzl kan

    Like


Leave a comment